keseharian kambing susu murni
Semua berawal dari niat sederhana: ingin hidup lebih dekat dengan alam, mencari rezeki yang halal dan berkah, dan membangun sesuatu yang bisa diwariskan. Dari niat itulah, langkah hijrah kami dimulai—meninggalkan kesibukan kota dan memilih kembali ke kampung halaman.
Awal Mula: Kambing Kacang dan Pelajaran Hidup
Kami memulai langkah kecil dengan memelihara kambing kacang, jenis lokal yang sederhana tapi tangguh. Dengan kandang seadanya dan pakan hasil rumput liar, kami merawat mereka sambil terus belajar. Setiap hari menjadi guru. Kami pelajari bagaimana memberi pakan, menyembuhkan yang sakit, hingga mengenali suara mereka ketika lapar, haus, atau sekadar ingin dimanja.
Masyarakat sekitar sempat meremehkan. Tapi kami terus maju, meyakini bahwa keberkahan datang dari usaha yang konsisten.
Proses Belajar dan Peralihan ke Kambing Perah
Dari sana, kami mulai berpikir lebih jauh: bagaimana membuat peternakan ini tidak hanya bertahan, tapi juga bermanfaat bagi banyak orang. Kami mulai mengenal dunia kambing perah, khususnya jenis Peranakan Etawa (PE).
Kambing ini butuh perhatian lebih, tapi juga menyimpan potensi luar biasa: mampu menghasilkan susu kambing murni yang lembut, bernutrisi, dan semakin banyak dicari masyarakat sebagai alternatif sehat.
Kami mulai mencoba dengan beberapa ekor. Satu per satu, kami pelajari pola makannya, kesehatan ambingnya, hingga teknik memerah yang benar. Hari demi hari, kami mulai mengenali ritme kehidupan mereka.
---
Keseharian Kambing Susu Murni: Penuh Cinta dan Ketelatenan
Di balik setiap botol susu yang kami hasilkan, ada rutinitas penuh kesabaran dan cinta yang kami jalani setiap hari bersama para kambing perah kami.
Pagi Hari: Waktu yang Sibuk dan Bahagia
Hari di kandang dimulai sekitar pukul 5 pagi, saat langit masih gelap. Kami bersihkan kandang terlebih dahulu agar mereka nyaman. Setelah itu, satu per satu kambing kami beri sarapan: hijauan segar seperti rumput odot, daun lamtoro, dan kadang ampas tahu.
Sekitar pukul 6.30 hingga 8 pagi, waktu pemerahan dimulai. Setiap kambing kami perlakukan dengan lembut. Kami bicara pelan agar mereka tenang. Kambing-kambing ini sudah terbiasa dengan tangan kami—mereka tahu kapan waktunya diperah, dan sebagian malah datang mendekat dengan sukarela.
Siang Hari: Istirahat dan Perawatan
Menjelang siang, kambing beristirahat di tempat teduh. Kami sempatkan membersihkan ambing, memeriksa kesehatan mata, kuku, dan nafsu makan. Jika ada yang murung atau tidak aktif, kami langsung tangani.
Pukul 12 siang, mereka diberi pakan tambahan berupa konsentrat yang mengandung vitamin dan mineral. Air minum selalu tersedia bersih dan segar.
Sore Hari: Pemerahan Kedua dan Kebersamaan
Pukul 4 sore, kami kembali memerah susu. Jumlah yang dihasilkan biasanya lebih sedikit dari pagi, tapi tetap berkualitas. Setelah itu, kami ajak mereka jalan-jalan ringan di sekitar kandang sebagai bentuk olahraga.
Sebelum maghrib, semua sudah masuk kandang malam. Kami pastikan kandang bersih dan tenang. Malam hari adalah waktu mereka istirahat total.
---
AR Hijrah Farm: Susu dari Tangan Sendiri, untuk Kebaikan yang Nyata
Hari ini, AR Hijrah Farm terus tumbuh, tapi prinsip kami tetap: merawat kambing dengan hati, dan memerah susu dengan tangan sendiri. Karena kami percaya, kualitas terbaik hanya bisa lahir dari proses yang jujur dan penuh cinta.
Susu kambing murni yang kami hasilkan bukan sekadar produk—itu adalah hasil dari perjalanan panjang hijrah kami. Dari belajar di kandang kecil hingga memproduksi susu sehat untuk banyak keluarga.
---
Penutup
Hijrah kami bukan tentang berpindah tempat saja, tapi berpindah cara pandang terhadap rezeki dan kehidupan. Dari kambing kacang hingga susu murni, dari rumput liar hingga botol steril, semua kami jalani dengan sabar dan syukur.
Setiap tetes susu yang kami hasilkan adalah kisah. Kisah hijrah, kisah perjuangan, kisah cinta dari desa untuk Indonesia.
AR Hijrah Farm — Dari desa kecil, untuk kebaikan yang lebih besar.
Komentar
Posting Komentar